Mengenal Manajemen Proyek
A. Pengertian
Manajemen proyek adalah sebuah disiplin keilmuan dalam hal perencanaan,
pengorganisasian, pengelolaan (menjalankan serta pengendalian), untuk
dapat mencapai tujuan-tujuan proyek. Proyek adalah sebuah kegiatan yang bersifat sementara yang telah ditetapkan
awal pekerjaannya dan waktu selesainya (dan biasanya selalu dibatasi
oleh waktu, dan seringkali juga dibatasi oleh sumber pendanaan), untuk
mencapai tujuan dan hasil yang spesifik dan unik dan pada umumnya untuk menghasilkan sebuah perubahan yang bermanfaat
atau yang mempunyai nilai tambah. Proyek selalu bersifat sementara atau
temporer dan sangat kontras dengan bisnis pada umumnya
(Operasi-Produksi) ,
dimana Operasi-Produksi mempunyai sifat perulangan (repetitif), dan
aktifitasnya biasanya bersifat permanen atau mungkin semi permanen untuk
menghasilkan produk atau layanan (jasa/servis). Pada prakteknya, tipe manajemen pada kedua sistem ini sering berbeda, dengan kemampuan teknis dan keputusan manajemen stategis yang spesifik.
Tantangan utama sebuah proyek adalah mencapai sasaran-sasaran dan tujuan proyek dengan menyadari adanya batasan-batasan yang telah dipahami sebelumnya. Pada umumnya batasan-batasan itu adalah ruang lingkup pekerjaan, waktu pekerjaan dan anggaran pekerjaan. Dan hal ini biasanya disebut dengan "triple constrains" atau
"tiga batasan". Dengan semakin meningkatnya kesadaran akan harkat dan
martabat individu dalam menjalankan proyek, maka batasan ini kemudian
berkembang dengan ditambahkan dengan batasan keempat yaitu faktor keslametan. Tantangan selanjutnya adalah bagaimana mengoptimasikan dan pengalokasian semua sumber daya dan mengintegrasikannya untuk mencapai tujuan proyek yang telah ditentukan.
B. Sejarah
Tidak ditemukan sumber yang pasti mengenai bagaimana sejarah
manajemen proyek yang sebenarnya. Namun, bukti terhadap
diimplementasikannya ilmu manajemen proyek sudah ada sejak ribuan tahun
yang lalu. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya piramid raksasa di
kota Mesir. Piramida
yang secara umum merupakan sebuah bangunan yang berfungsi sebagai makam
raja-raja dan juga sebagai sarana tempat peribadahan, merupakan bukti
yang paling menakjubkan dari penerapan ilmu manajemen proyek pada masa
lalu. Pembangunan piramid yang tidak dilakukan sembarangan membuktikan
bahwa desain dari setiap sudut bangunan diperhitungkan dengan sangat
teliti. Hampir setiap piramid dibangun dengan memperhitungkan jarak
piramid dengan matahari, karena matahari merupakan elemen terpenting
bagi kehidupan masyarakat kuno. Pembangunan piramid ini tidak mungkin
dapat terlaksana jika tidak ada orang yang melakukan perencanaan,
pengorganisasian dan menggerakkan para pekerja serta melakukan
pengontrolan dalam pembangunannya. Dan sejarah pun mencatat bahwa bangsa
Indonesia juga mempunyai catatan gemilang dalam Manajemen Proyek, salah
satunya adalah Borobudor yang dibangun pada kurun waktu antara 760 dan 830 AD pada masa puncak kejayaan wangsa Syailendra di Jawa Tengah.
Sebagai sebuah dispilin keilmuan, Manajemen Proyek dikembangkan dari
beberapa bidang aplikasi termasuk didalamnya konstruksi sipil, teknik
rekayasa, dan juga aktivitas di bidang HANKAM (pertahanan-keamanan).
Manajemen Proyek telah diterapkan dari awal perabadan manusia. Di
antaranya misalnya Vitruvius (1 abad SM), Christopher Wren (1632-1723),
Thomas Telford (1757-1834) dan Isambard Kingdom Brunel (1806-1859).
Kemudian baru pada tahun 1900 an Manajemen Proyek dengan proses
sistematiknya diterapkan pada proyek rekayasa yang kompleks. Dua tokoh
yang fenomenal dari manajemen proyek. Adalah Henry Gantt, disebut ayah
dari teknik perencanaan dan kontrol
yang terkenal dengan penggunaan tentang Gantt chart sebagai alat
manajemen proyek;. dan kemudian Henri Fayol untuk ciptaan-Nya dari 5
fungsi manajemen yang membentuk dasar dari tubuh pengetahuan yang
terkait dengan proyek dan manajemen program.
Gantt dan Fayol, keduanya adalah mahasiswa Frederick Winslow Taylor
untuk memperdalam teori manajemen ilmiah. Karyanya adalah pelopor alat
manajemen proyek modern termasuk rincian struktur kerja (WBS - Work
Breakdown Structure) dan alokasi sumber daya.
Tahun 1950 menandai awal era Manajemen Proyek modern datang
bersama-sama dengan bidang Rekayasa Teknis (Enjinering) sebagai satu
kesatuan. Manajemen proyek menjadi dikenal sebagai suatu disiplin ilmu
yang berbeda yang timbul dari disiplin ilmu manajemen dengan model
rekayasa Di Amerika Serikat.
Sebelum tahun 1950-an secara garis besar, proyek dikelola dengan
menggunakan Grafik Gantt, sebagai suatu alat dan teknik informal. Pada
saat itu, dua model penjadwalan proyek dengan model matematis sedang
dikembangkan. Yang pertama adalah Metode Jalur Kritis (CPM - Critical
Path Method) yang dikembangkan pada suatu proyek sebagai usaha patungan
antara DuPont Corporation dan Remington Rand Corporation untuk mengelola
proyek-proyek pemeliharaan tanaman. Dan yang kedua adalah "Evaluasi
Program dan Tinjauan Teknik" (atau PERT - Program Evaluation and Review
Technique), dikembangkan oleh Booz Allen Hamilton sebagai bagian dari
Angkatan Laut Amerika Serikat (dalam hubungannya dengan Lockheed
Corporation) dalam pengembangan Program rudal kapal selam Polaris;
Perhitungan teknik matematis ini kemudian cepat menyebar ke
perusahaan-perusahaan swasta untuk diterapkan. Dalam waktu yang sama,
model penjadwalan-proyek juga sedang dikembangkan, teknik menghitung
biaya proyek, manajemen biaya, dan ekonomi teknik terus berkembang,
dengan kepeloporannya oleh Hans Lang dan lain-lain.
Pada tahun 1956, American Association of Cost Engineers (AACE), yang
sekarang disebut AACE Internasional; Asosiasi Internasional untuk ahli
Teknik Biaya yang pada awalnya dibentuk oleh praktisi manajemen proyek
dan spesialisasi terkait dengan perencanaan dan penjadwalan, perkiraan
biaya , dan pengenadalian jadwal proyek (Pengendali Proyek - Project
Control). AACE terus bekerja sebagai perintis dan pada tahun 2006
pertama kali merilis proses yang terintegrasi untuk manajemen
portofolio, program dan proyek (Total Cost Management Framework). AACE
meneawarkan beberapa sertifikasi seperti CCE, PSP dan lain sebagainya.
Pada tahun 1967, International Project Management Association (IPMA)
didirikan di Eropa, sebagai sebuah federasi dari beberapa asosiasi
manajemen proyek nasional. IPMA memelihara struktur federal hari ini dan
sekarang termasuk asosiasi anggota pada setiap benua kecuali Antartika.
IPMA menawarkan Sertifikasi Tingkat Empat program yang berdasarkan
Baseline IPMA Kompetensi (ICB). ICB ini mencakup kompetensi teknis,
kompetensi kontekstual, dan kompetensi perilaku.
Pada tahun 1969, Project Management Institute (PMI) dibentuk di Amerika Serikat.PMI menerbitkan buku Panduan yang sering disebut dengan PMBOK Guide (Project Body of Knowledge Guide) , yang menggambarkan praktek manajemen proyek yang umum untuk
"hampir semua proyek dan hampir semua waktu". PMI juga menawarkan
beberapa sertifikasi seperti PMP, CAMP dan lain sebagainya.
Di Indonesia sendiri Manajemen Proyek berkembang pada era tahun
1970-1990 an diawali dengan semakin banyaknya berkembang proyek-proyek
infrastruktur yang banyak memerlukan profesional di bidang Manajemen
Proyek. Salah satunya yang berdiri pertama kali adalah Project
Management Institut Chapter Jakarta (yan sekarang disebut PMI -
Indonesia). PMI Indonesia didirikan pada tahun 1996 dan merupakan
organisasi yang didedikasikan untuk meningkatkan, konsolidasi dan
penyaluran manajemen proyek Indonesia dan bekerja untuk pengembangan
pengetahuan dan keahlian untuk kepentingan semua stakeholder.
Organisasi ini adalah salah satu cabang dari Project Management
Institute (PMI), sebuah organisasi, nirlaba profesional di seluruh dunia
terkemuka.
Dan pada tanggal 16 Juli 1999 didirikanlah Ikatan Ahli Manajemen Proyek Indonesia (IAMPI) yang merupakan
asosiasi dari para Ahli Manajemen Proyek Indonesia dan didirikan di
Jakarta, sebagai salah satu asosiasi profesi anggota LPKJ. Lembaga IAMPI
ini juga menawarakan sertifikasi yang betaraf nasional di Indonesia.
Dan terakhir adalah lembaga ITAPPI (Ikatan Tenaga Ahli Pengendali
Proyek Indonesia) yang didirikan pada tahun 2008 dan merupakan
organisasi profesional dengan bidang pengendali proyek (Project
Control).
C.FUNGSI
Prinsip Umum
Manajemen Proyek
George R. Terry
telah merumuskan fungsi
fungsi tersebut
sebagai POAC (Planning,
Organizing,
Actuating dan Controlling) :
- Organizing
(Pengorganisasian)
- Controling
(Pengendalian)
> Planning
(Perencanaan)
Planning adalah
proses yang secara sistematis mempersiapkan kegiatan guna
mencapai tujuan dan
sasaran tertentu. Kegiatan diartikan sebagai kegiatan
yang dilakukan dalam
rangka pekerjaan konstruksi, baik yang menjadi
tanggung jawab
pelaksana (kontraktor) maupun pengawas (konsultan).
Kontraktor maupun
konsultan, harus mempunyai konsep planning” yang
tepat untuk mencapai
tujuan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab
masing-masing.
Pada proses planning
perlu diketahui hal-hal sebagai berikut :
-Permasalahan yang
terkait dengan tujuan dan sumber daya yang
tersedia.
-Cara mencapai tujuan
dan sasaran dengan memperhatikan sumber daya
yang tersedia.
-Penerjemahan rencana
kedalam program-program kegiatan yang
kongkrit.
-Penetapan jangka
waktu yang dapat disediakan guna mencapai tujuan
dan sasaran.
> Organizing
(Pengorganisasian)
Organizing
(pengorganisasian kerja) dimaksudkan sebagai pengaturan atas suatu
kegiatan yang
dilakukan oleh
sekelompok orang, dipimpin oleh pimpinan kelompok dalam suatu wadah
organisasi. Wadah
organisasi ini menggambarkan hubungan-hubungan struktural dan
fungsional
yang diperlukan
untuk menyalurkan tanggung jawab, sumber daya maupun data.
Dalam proses
manajemen, organisasi berfungsi untuk :
-menjamin
terpeliharanya koordinasi dengan baik.
-membantu pimpinannya
dalam menggerakkan fungsi-fungsi manajemen.
-mempersatukan
pemikiran dari satuan organisasi yang lebih kecil yang berada di
dalam kordinasinya.
Dalam fungsi
organizing, koordinasi merupakan mekanisme hubungan struktural maupun
fungsional
yang secara
konsisten harus dijalankan. Koordinasi dapat dilakukan melalui
mekanisme :
-koordinasi vertikal
(menggambarkan fungsi komando),
-koordinasi
horizontal (menggambarkan interaksi satu level); dan
-koordinasi diagonal
(menggambarkan interaksi berbeda level tapi di luar fungsi komando).
Koordinasi vertikal dan bersifat hirarkis :
Pelaksana Konstruksi
: koordinasi antara General Superintendant dengan Material
Superintendant atau
dengan Construction Engineer atau dengan Equipment
Superintendant.
Field Supervision
Team, koordinasi antara Site Engineer dengan Quantity Engineer
atau dengan Quality
Engineer merupakan koordinasi vertikal dan bersifat hirarkis.
Koordinasi
horizontal dan bersifat satu level :
Pelaksanaan
konstruksi, koordinasi antara Material Superintendant dengan
Construction
Engineer atau dengan Equipment Superintendant merupakan.
Field Supervision
Team, koordinasi antara Quantity Engineer atau dengan Quality
Engineer merupakan
koordinasi horizontal dan bersifat satu level.
Koordinasi diagonal
:
Koordinasi antara
General Superintendant dengan Site Engineer merupakan koordinasi
horizontal dan
bersifat satu level, sedangkan koordinasi antara Kepala Satuan Kerja
Pekerjaan Civil
Works dengan General Superintendant atau dengan Site Engineer
merupakan koordinasi
vertikal.
> Actuating
(Penggerakan)
Actuating diartikan
sebagai fungsi manajemen untuk menggerakkan
orang yang tergabung
dalam organisasi agar melakukan kegiatan
yang telah
ditetapkan di dalam planning. Pada tahap ini diperlukan
kemampuan pimpinan
kelompok untuk menggerakkan;
mengarahkan; dan
memberikan motivasi kepada anggota
kelompoknya untuk
secara bersama-sama memberikan kontribusi
dalam menyukseskan
manajemen proyek mencapai tujuan dan
sasaran yang telah
ditetapkan.
> Controlling
(Pengendalian)
Controlling
diartikan sebagai kegiatan guna menjamin pekerjaan yang telah
dilaksanakan sesuai
dengan rencana. Didalam manajemen proyek jalan
atau jembatan,
controlling terhadap pekerjaan kontraktor dilakukan oleh
konsultan melalui
kontrak supervisi, dimana pelaksanaan pekerjaan
konstruksinya
dilakukan oleh kontraktor. Pengawas Umum (General
Superintendat)
berkewajiban melakukan Pengendalian (secara berjenjang)
terhadap pekerjaan
yang dilakukan oleh staf di bawah kendalinya yaitu Site
Administration,
Quantity Surveyor, Materials Superintendant, Construction
Engineer, dan
Equipment Engineer untuk memastikan masing-masing staf
sudah melakukan
tugasnya dalam koridor “jaminan kualitas (quality
assurance)”.
Sehingga, tahap-tahap pencapaian sasaran sebagaimana
direncanakan dapat
dipenuhi.
Tujuan
- Memahami apa itu manajemen proyek?
- Mengetahui apa itu manajemen proyek
- Dapat mengetahui sejarah manajemen proyek
Kesimpulan
Kita dapat mengetahui apa itu manajemen proyek? fungsi proyek dan sejarah proyek.
Referensi : https://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_proyek